09:18:55 WIB Dibaca: 83 kali

Opini Kepala Pusat Publikasi Dan Kekayaan Intelektual LPPM Untag Surabaya berjudul Ideologi Pancasila, Anti Perundungan Dan Cinta Negara terbit di Media Indonesia Edisi 30 November 2023.

Bersama tim, saya baru saja menyelesaikan hibah tridarma perguruan tinggi dalam pengabdian kepada masyarakat. Mengambil objek salah satu PAUD di Surabaya, menjadikan tema anti perundungan semakin menarik. Selain murid-muridnya yang masih kecil tetapi tetap saja ada dualisme memaknai perundungan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rundung diartikan sebagai mengganggu; mengusik terus-menerus; menyusahkan sedangkan berdasarkan Cambridge Dictionary diartikan sebagai perilaku seseorang yang menyakiti atau menakuti seseorang yang lebih kecil atau kurang berkuasa, sering kali memaksa orang tersebut melakukan sesuatu yang tidak ingin dilakukannya. Terdapat kesamaan yaitu menyusahkan dan dilakukan terus menerus. 
Untuk saat ini terjadi kesulitan memaknai perundungan dan guyonan. Tentu saja hal ini sejalan dengan kemampuan seseorang merespons hal tersebut. Mungkin membuat anak kecil menjadi menangis terkesan biasa saja dan lucu melihat ekspresinya tetapi ada hal yang melekat dalam diri anak tersebut. Lantas bagaimana memberikan pemahaman anti perundungan bagi murid-murid PAUD? Hasil yang saya peroleh yaitu menggunakan cara sederhana dengan menekankan implementasi Pancasila dalam bersekolah. Adanya pengucapan Pancasila sebelum kelas dimulai akan menjadikan anak lebih cinta akan jati diri bangsa dan penerapan sila-silanya menjadi lebih mudah. Dalam praktiknya, para guru mengajarkan sikap untuk berdoa terlebih dahulu yang dikaitkan dengan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Kemudian membantu mereka yang berkekurangan secara materi, hal ini sesuai dengan Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab.
Yang diajarkan ini menjadi lebih mengena bagi anak karena didukung penyampaian atraktif. Para orang tua yang mengantar pun juga diminta aktif memberikan jawaban. Nasihat-nasihat khas untuk anak kecil dapat dicerna sehingga pesan untuk tidak merundung tersampaikan terus menerus. 
Ideologi Pancasila sebetulnya cara terbaik mengatasi perundungan. Pengenalan sila per sila dengan bahasa yang mudah dipahami, cara mengimplementasikan dengan melihat kejadian di masyarakat, kunjungan ke pasar rakyat hingga museum atau menggunakan sarana musik. Ketika Pancasila mampu mengatasi perundungan maka ada hal baik lainnya yang mengikutinya. Anak-anak menjadi lebih peka akan keberadaan sekitar, ia akan melihat sekelilingnya dengan menjadikan perbedaan sebagai alasannya. Penerimaan menjadi nilai lebih untuk berada dalam masyarakat.
Banyaknya suku, agama, ras dan antar golongan akan menjadikan tiap permasalahan tidak selalu diselesaikan secara normatif melainkan dengan apa yang diyakininya (adat istiadat misalnya). Ideologi Pancasila akan membuat anak-anak lebih cinta kepada negara dan menghargai apa yang berbeda dengan dirinya. Misalnya saja bagaimana anak menyikapi temannya yang ketika waktunya beribadah tetapi lebih memilih tidak beribadah. Artinya anak tidak bisa langsung memaksakan kehendak untuk beribadah seperti dirinya tanpa berusaha membuka diri misalnya ia menganut kepercayaan tertentu yang telah diakui oleh pemerintah. Hal-hal sepele inilah yang harus menjadi bagian penting dalam pengenalan ideologi Pancasila.
Dari hasil pengabdian juga ditemukan bahwa ideologi Pancasila menjadikan anak lebih terbuka pada orang tua dan guru akan masalah yang dihadapinya. Secara normatif memang ketika anak di sekolah maka tanggung jawab utama tetap di orang tua tetapi penyerahan anak ke guru harus dilakukan. Artinya gurulah yang memiliki kuasa untuk menyelesaikan kontrak sosial yang diberikan orang tua anak sehingga apa yang diinginkan orang tua beserta anak bisa terpenuhi dengan baik. Menurut saya pengenalan ideologi Pancasila secara sederhana ini sangat baik dilakukan terus menerus untuk tetap mempertahankan keutuhan bangsa. Seperti yang kita ketahui bahwa dalam hanya bentuk negaralah yang tidak boleh diubah. Jadi mengatasi perundungan tidak selalu mempertemukan para pihak kemudian menerapkan keadilan restoratif tetapi sejauh mana pihak yang menaungi mereka memahami ideologi Pancasila.

Penulis : Dr. Tomy Michael, S.H., M.H.

Editor : Sekretariat LPPM


Untag Surabaya || SIM Akademik Untag Surabaya || Elearning Untag Surabaya E-Jurnal Untag Surabaya